BANDUNG, unpas.ac.id – Guna mendukung dan mengoptimalkan sektor pertanian di Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Pasundan (Unpas) Bandung menciptakan traktor portabel multifungsi. Traktor portabel yang dinamakan TractorPack ini berukuran kecil, sehingga memudahkan petani untuk mengoperasikannya.
Menurut Ketua Pusat Inovasi, Teknologi, dan Bisnis Unpas sekaligus Inventor TractorPack, Ir. Farid Rizayana, MT, traktor tersebut multifungsi karena tidak hanya untuk mengelola lahan pertanian, namun juga dapat digunakan sebagai pompa air, genset, dan penyemprot hama.
“Traktor ini portabel dan bisa digendong, kemudian multifungsi karena memang fungsinya banyak. Ini merupakan hasil riset selama beberapa tahun di Teknik Mesin Unpas,” jelasnya di Workshop TractorPack, Jalan Kiputih I, Ciumbuleuit, Bandung, Senin (8/3/2021).
Traktor yang diinisiasi dari tugas akhir ini sudah ada prototipenya sejak 2014. Lalu dilakukan riset serta dikembangkan oleh dosen, alumni, dan mahasiswa, hingga akhirnya dapat dikomersilkan.
“Dari tugas akhir tersebut, kita sertakan dalam program Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT), kemudian masuk ke Pengembangan Produk Berbasis Teknologi (PPBT). Alhamdulillah kita mendapatkan peluang masuk PPBT,” katanya.
Sesuai namanya, TractorPack memang dirancang untuk penggunaan yang lebih praktis. Dalam posisi tanpa blade (bilah traktor), TractorPack hanya memiliki berat sekitar 18 kilogram. Sedangkan pada kondisi operasi, bobot traktor seberat 23 kilogram.
Untuk menginstalasi satu unit traktor, diperlukan 4 sampai 5 orang dengan tugas yang berbeda-beda. Mulai dari perakitan bilah traktor, pemasangan gearbox ke rangka traktor, merakit aksesoris, dan merakit mesin.
Sejauh ini, TractorPack sudah empat kali disempurnakan. Bahkan, bobot traktor pernah diturunkan dari 32 kilogram menjadi 17 kilogram.
“Saat uji coba penurunan berat traktor, petani mengeluh karena terlalu ringan, sehingga sulit dioperasikan. Jadi, kita naikkan kembali dengan penguatan dan penambahan beban, lalu disepakati bobot akhir adalah 23 kilogram,” tambahnya.
Saat ini, TractorPack baru bisa digunakan untuk lahan pascapanen. Sedangkan pada lahan baru, TractorPack masih harus dibantu alat babat rumput dan operator untuk mengumpulkan rumput atau ranting-ranting.
Produk TractorPack saat ini sudah tersebar di 12 provinsi di seluruh Indonesia. Terakhir, TractorPack dibeli oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek BRIN) dan didistribusikan ke petani di berbagai daerah.
Satu unit traktor dibanderol seharga Rp 10.800.000 dengan target pasar instansi pemerintahan untuk selanjutnya disalurkan kepada petani.
Terkait hak paten, TractorPack sudah dua kali mendaftarkan patennya di Dirjen Dikti dan sekarang tengah mempersiapkan draf paten untuk kembali didaftarkan bulan depan.
“Prestasi lainnya, tahun 2020 kami juga diundang oleh pemerintah Inggris untuk mempresentasikan TractorPack di London. Di sana, ada inovasi-inovasi dari berbagai negara, kemudian kami diberi pengarahan dan dikompetisikan,” imbuhnya.
Tak hanya membantu pertanian di Indonesia, TractorPack juga berupaya memberdayakan Industri Kecil Menengah (IKM) di Jawa Barat utnuk membuat komponen-komponen traktor.
“Kami tidak memproduksi setiap komponen di tempat kami dengan membeli mesin yang harganya mahal, tapi kami memanfaatkan IKM yang sudah ada untuk membuat komponen traktor,” tutupnya. (Reta Amaliyah S)